Kamis, 15 Desember 2011

Jangan Pilih dari Passing Grade (Part 2)

Saya awalnya masih menganggap positif passing grade

Begini ceritanya

Semua nya berawal dari Try Out

Bimbel melaksanakan Try Out sebagai ajang latihan bagi siswa SMA, biasanya umum juga boleh ikut, untuk mengukur kesiapan siswa SMA menghadapi SNMPTN.

Try Out merupakan cara yang efektif untuk melakukan simulasi dan mengukur apakah siswa sudah siap menghadapi SNMPTN dan mengetahui bagian mana yang masih perlu untuk ditingkatkan dalam belajarnya

Tapi hubungan secara langsung Try Out dengan kelulusan SNMPTN sebenernya tidak ada.


Gini, kalau ada siswa yang ikut Try Out 100 kali dan hasilnya selalu baik, tidak secara langsung menjamin kelulusan siswa tersebut. Benar bukan? Jadi lebih percaya diri menghadapi SNMPTN. iya.. Jadi tahu masih kurang belajarnya dibagian mana iya...

Untuk memaksimalkan manfaat Try Out, supaya bisa digunakan mengukur kira2 apakah kemampuan siswa sudah mencukupi memasuki jurusan yang diinginkan. Dibuatlah passing grade. Yaitu perkiraan nilai Try Out minimal yang dibutuhkan untuk seolah-olah bisa lulus masuk ke jurusan yang diinginkan.

Cara memperkirakan menentukan nilai minimal try out untuk bisa lulus ke suatu jurusan adalah rahasia dari Bimbel.

Namun menurut prediksi saya, Bimbel mengolah data nilai hasil try out tahun sebelumnya. Yaitu data nilai try out dari siswa bimbelnya yang lulus ke suatu jurusan univ tertentu, misal STEI ITB. Nilai2 try out mereka dilihat sebarannya, dan standar rata2 atau pencilan yang akan dipakai. Dari situ keluarlah data yang kemudian diasumsikan sebagai nilai minimal untuk memasuki suatu jurusan pada tahun lalu. Disebut passing grade

Kalau nanti kalian sudah belajar mengenai statistik di kuliah pasti mengerti. :)

Jadi nilai passing grade ini sangtlah subjektif. Tapi sangat berguna untuk mengukur apakah kira2 kemampuan siswa sudah mencukupi.

Sampai di sini saya masih menganggap passing grade adalah sesuatu yang positif.

Seiring berjalannya waktu, passing grade dijadikan acuan untuk menentukan memilih jurusan. Ini bagian yang saya tidak setuju. Apalagi ada beberapa bimbel yang mengutamakan siswanya lulus SNMPTN tanpa menghiraukan siswa tersebut cocok di jurusan itu atau tidak. Meluluskan siswa di SNMPTN menjadi suatu hal yang sangat penting bagi bimbel, tapi bukan berarti tidak memperdulikan bagaimana minat siswa tersebut

contoh:

-- Siswa: "Saya bingung nih mau masuk jurusan A atau jurusan B"
-- Oknum: "lihat saja passing gradenya, pilih saja yang kecil"

pembicaraan di atas analoginya seperti ini

-- Siswa: "Saya bingung nih mau pergi ke Surabaya atau ke Bandung"
-- Oknum: "Pilih saja yang tiketnya murah"
lho sebenarnya ini tujuannya perginya ngapain dulu nih?

Tapi ga semua Bimbel begini koq.

Menurut saya, seharusnya siswa yang masih bingung memilih jurusan, dibantu untuk cari tahu minatnya paling sesuai dengan jurusan apa. Bukan disodori cara paling mudah untuk melanjutkan kuliah tanpa menghiraukan konsekuensi salah jurusan.

Oh salah jurusan ini hal yang sangat menyeramkan. Bayangkan anda lolos SNMPTN namun setelah berada di jurusan tersebut, ternyata itu bukan minat anda. Bisa jadi anda tidak akan pernah menyelesaikan kuliah tersebut alias DO. Banyak kasus DO ITB karena alasan semacam ini.

--"Saya belum tahu minat saya, bagaimana dong?"

Tenang, jangan panik. begini tips dari saya untuk mengetahui minat anda di jurusan apa.

Cari informasi mengenai semua jurusan sedetilnya. Mulai dari mempelajari apa, mata kuliahnya apa saja, praktikumnya seperti apa, lulusannya bekerja di mana, kerjanya seperti apa dan ngapain aja.

cari informasi ini bisa dilakukan dengan browsing di situs resmi universitas/jurusan, tapi yang paling efektif bertanya langsung dengan alumni yang pernah kuliah di jurusan tersebut.

kalau sudah mendapatkan semua informasi, pasti ada jurusan yang menurut anda keren, gua banget.

kalau belum berarti informasinya belum banyak :) mari bersemangat untuk mencari informasi lagi dan lagi.

Nah jika sudah tahu jurusannya apa. Barulah lihat seberapa besar tingkat kompetensi atau peluang untuk masuk ke jurusan tersebut. Dan tingkat kompetensi yang paling valid adalah dilihat dari tingkat kesulitan relatif yang dikeluarkan oleh universitas.

Passing grade, di sini boleh dijadikan referensi namun bukan yang utama.

Jadi menurut saya passing grade sebaiknya dilihat setelah anda tahu jurusan apa yang akan anda pilih. Dan digunakan untuk mengukur kemampuan anda apakah sudah cukup atau tidak.

3 komentar:

  1. Boleh nih, bener bray
    pilih dulu jurusannya, passing grade untuk referensi aja

    BalasHapus
  2. kalau misalnya pil 1 ptn grade nya dibawah pil 2 tapi kekekatannya dibawah pil 1 gimana?
    misal pil 1 undip tek geologi pil 2 ugm kehutanan apa bisa?

    BalasHapus